"Itu lah niat saya datang kesini, Pak" tutur Sang Santriwati.
"Terima kasih, Bu. Terima kasih telah memperlakukan adik kami dengan sangat baik. Saya Abangnya, memohon maaf atas apa yang dipikirkan adik saya" tutur perwakilan Sang Akhwat.
"Saya faham, Pak. Untuk itulah saya kesini. Saya ikhlas karena Allah Subhana wa ta'ala bila memang harus menjadikan adik Bapak sebagai istri dari suami saya" mantap Sang Santriwati berututur.
"Baiklah, Bu. Terima kasih. Namun demikian, saya mohon maaf. Kami telah punya pilihan calon suami untuk adik saya. Terima kasih atas keikhlasan Ibu."
Sesaat suasana mendadak hening. Jauh di relung hati Sang Santriwati ada rasa lega yang luar biasa. Bukan
karena Sang Akhwat telah dipilihkan calon suami oleh keluarganya. Namun kelegaan atas segala niat yang telah tersalurkan. Untuk keikhlasan yang telah tertunaikan karena Allah Subhana wa ta'ala.
***
Tak lama berselang, Sang Akhwat dikabarkan menikah dengan lelaki pilihan keluarganya. Menempuh jalan hidup bahagia. Dan, Sang Santriwati pun demikian dengan keluarganya. Namun satu dari sekian banyak hal yang dapat disaksikan, sejak itu kehidupan Sang Santriwati semakin membaik. Kondisi keuangan keluarganya terus meningkat. Amanah yang diembankan sebagai ladang amal terus bertambah. Sampai kini, bahkan mungkin sampai nanti. Bahkan semoga sampai akhirat kelak. Mungkin ini buah keikhlasan, buah kesungguhan, buah dari keinginan menyelamatkan perempuan lain dari hal yang mencelakakan. Semua rahasia Allah Subhana wa ta'ala. Wallahu a'lam bish shawab.
Penulis: Wina Susanti
Akrab disapa Teh Wina. Saat ini berdomisili di Kota Duri, Riau. Berumah maya di www.penulisperadaban.org
No comments:
Post a Comment